Jangan marah dulu. Judul itu bukan kata seorang pakar ilmu islam. Itu hanya kesimpulan saya saja melihat kampus IAIN Banten. Kesimpulan itu berangkat dari sebuah tanya yang nanti akan saya sebutkan. Sebelumnya, izinkan saya menulis prolog dahulu.
Masa registrasi dan heregistrasi datang lagi. Pastinya akan ada antrian lagi di loket pembayaran di kampus IAIN tercinta (mudah-mudahan) ini. Akan ada pemandangan mahasiswa berkeringat dan bau apak sambil terus berdesak-desakan. Padahal, di kampus lain, registrasi atau heregistrasi sudah bisa dilakukan via elektronik atau bahasa kerennya transfer via rekening. Pengisian formulir juga dilakukan via internet. Sehingga, mahasiswa yang berasal dari daerah yang sangat jauh dari kampus atau yang sedang sakit tidak mesti datang ke kampus hanya untuk membayar heregistrasi dan mengisi peremajaaan data. Uang bisa dihemat, begitu juga tenaga.
Lalu, kenapa IAIN belum menerapkan sistem on line itu dalam melakukan registrasi dan heregistrasi? Kenapa IAIN tetap menerapkan tradisi zadul (zaman dulu)? Padahal, pernah ada pihak yang menawarkan fasilitas sistem on line tersebut. Saya mengobrol langsung dengan orangnya. Dia bilang, “Pihak IAIN gak punya dana buat itu,” katanya menirukan alasan pihak IAIN.
Benarkah alasannya hanya itu? Tapi....adakah kemungkinan atau alasan lain?
Bisa jadi, IAIN ingin menerapkan agar silaturahim antar mahasiswa dengan mahasiswa lain, atau mahasiswa dengan dosen, atau mahasiswa dengan pegawai IAIN tetap terjalin erat. Masalah yang akan timbul kalau sistem on line diterapkan adalah kita akan jarang bertemu. Palin-paling hanya saat kuliah saja. Kalau udah begitu, kita akan menjadi manusia yang individualistis karena jarang gabung. Lebih jauh, kita akan tak mau memikirkan orang lain. Makanya, IAIN mengekalkan tradisi zadul itu. “Biarin dianggap zadul yang penting silaturahim bisa terjaga terus,” begitu kira-kira. Jadi, menjaga silaturahim memang lebih penting dari pada berpikir maju.
Ya....biar pun sambil desak-desakan sewaktu registrasi atau heregistrasi tapi kan untuk tujuan yang lebih mulia tidak apa-apa. Tidak menjadi soal juga harus mengorbankan kenyamanan mahasiswa demi kebaikan. Kapan lagi mengerjai mahasiswa?
Ada yang tidak sepakat?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar