foto:didijunaedihz.wordpress.com
Aku pernah baca buku Melani Sobono (mudah2an gak salah nulisnya hehe). Dah lama seh. Dan kebiasanku, suka cepet lupa. Yang masih diinget, buku itu berisi pengalamn Melani tentang profesi yang digelutinya selama ini. Aku lupa nama profesinya tapi masih inget kerjanya ngapain.
Profesi yang digeluti Melani cukup unik. Dia adalah salah satu team dari promotor artis (biasanya penyanyi) yang ngadain show di Indonesia. Dia gak cuma ngurusin penjemputan si artis, makannya, hotelnya bahkan dia juga harus mengurus mereka samapi mereka naik pesawat untuk pulang.
Ada sene
ng pasti tapi banyak juga sedihnya, kata Melani. Senengnya, kita bisa ada di deket penyanyi bule itu. Apalagi penyanyinya adalah idola kita, wah seperti dapet durian jatuh. Tapi ada juga sedihnya. Misalnya kalau permintaan si artis tidak dipenuhi, bisa dimarah2i. Selain itu, ada banyak juga cerita lucunya.
Aku masih inget detailnya. Suatu saat, salah satu penyanyi cowok ngajak Melani and the gank pergi. Si bule pengen nunjukkin ke Melani and the gank kalau si bule menemukan teh yang menurutnya enak banget dan baru kali itu (sat di Indonesia) dia dapet. Lalu Melani pun diajak keluar masuk pasar. Melani and the gank sudah kepanasan. Make up dah luntur. Sampai di sebuah warung, si bule nunjukkin ke Melani and the gank dengan bangga teh yang dia bilang merupakan teh terenak di dunia. Kamu tau merek tehnya apa? Teh Botol Sosro. Tentu aja Melani and the gank cuma bisa geleng-geleng doang. Kalau mau minum teh botol mah di hotel tempat dia nginep juga ada kalee. Dasar bule hehe..
Nah, langkah yang diambil Melani untuk mempublikasikan pengalamannya ke dalam buku, ini yang aku salut. Dia juga pinter banget nulisnya sehingga pembaca bisa diajak ketawa, sedih, pusing, dengan bahasa yang komunikatif. Pekerjaan ini (mempublikasikan pengalaman sendiri ke dalam buku), kayaknya perlu dikembangkan. Menurut Gola Gong, penulis novel Balada Si Roy yang booming tahun 80-an itu, orang Jepang juga suka melakukan itu. Makanya, penerbitan buku di sana banyak banget dalam setahun. Bahkan jumlahnya melebihi jumlah penduduknya. Hebat ya? Jadi, untuk ingin pinter dalam hal sesuatu, ya tinggal baca buku aja. Misalnya mau jadi wartawan, tinggal baca buku mantan wartwan yang menulis pengalamnnya atau penyiar radio, tukang baso dst. Kalau semua orang menuangkan pengalaman profesinya, bisa dipastikan percetakan buku di Indonesia akan sangat pesat tidak seperti yang dikeluhkan saat ini.
Gola Gong juga dah nulis buku tentang perjalanan hidupnya. Pengalamnnya bagaimana mendirikan Rumah Dunia dengan sahabatnya, Toto ST Radik (penyair nasional), dan Mas Rys (alm), bagaimana ia mendapatkan ide tulisan Balada Si Roy, sampai saat melamar istrinya, Mbak Tyas.
Mas Gong sudah nulis, kapan neh nyusul, Mas To?
Ada sene

Aku masih inget detailnya. Suatu saat, salah satu penyanyi cowok ngajak Melani and the gank pergi. Si bule pengen nunjukkin ke Melani and the gank kalau si bule menemukan teh yang menurutnya enak banget dan baru kali itu (sat di Indonesia) dia dapet. Lalu Melani pun diajak keluar masuk pasar. Melani and the gank sudah kepanasan. Make up dah luntur. Sampai di sebuah warung, si bule nunjukkin ke Melani and the gank dengan bangga teh yang dia bilang merupakan teh terenak di dunia. Kamu tau merek tehnya apa? Teh Botol Sosro. Tentu aja Melani and the gank cuma bisa geleng-geleng doang. Kalau mau minum teh botol mah di hotel tempat dia nginep juga ada kalee. Dasar bule hehe..
Nah, langkah yang diambil Melani untuk mempublikasikan pengalamannya ke dalam buku, ini yang aku salut. Dia juga pinter banget nulisnya sehingga pembaca bisa diajak ketawa, sedih, pusing, dengan bahasa yang komunikatif. Pekerjaan ini (mempublikasikan pengalaman sendiri ke dalam buku), kayaknya perlu dikembangkan. Menurut Gola Gong, penulis novel Balada Si Roy yang booming tahun 80-an itu, orang Jepang juga suka melakukan itu. Makanya, penerbitan buku di sana banyak banget dalam setahun. Bahkan jumlahnya melebihi jumlah penduduknya. Hebat ya? Jadi, untuk ingin pinter dalam hal sesuatu, ya tinggal baca buku aja. Misalnya mau jadi wartawan, tinggal baca buku mantan wartwan yang menulis pengalamnnya atau penyiar radio, tukang baso dst. Kalau semua orang menuangkan pengalaman profesinya, bisa dipastikan percetakan buku di Indonesia akan sangat pesat tidak seperti yang dikeluhkan saat ini.
Gola Gong juga dah nulis buku tentang perjalanan hidupnya. Pengalamnnya bagaimana mendirikan Rumah Dunia dengan sahabatnya, Toto ST Radik (penyair nasional), dan Mas Rys (alm), bagaimana ia mendapatkan ide tulisan Balada Si Roy, sampai saat melamar istrinya, Mbak Tyas.
Mas Gong sudah nulis, kapan neh nyusul, Mas To?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar