Kedua pertanyaan di atas adalah pertanyaan penting yang harus dijawab di awal jika kamu ingin belajar menulis. Dengan mengetahui jawabannya, akan diketahui apa yang keliru dan yang mesti dilakukan untuk memperbaikinya.
Untuk apa menulis? Untuk popularitas? Mencari uang? Atau menyebarkan gagasan pada orang lain? Jika untuk popularitas, berarti kamu harus membuat tulisan yang dibutuhkan banyak orang. Yang membuat keinginan pembaca membuncah untuk menghabiskan tulisanmu bahkan saat pertama kali mereka melihat judulnya. Dalam bahasa sederhana, membuat tulisan yang menarik. Bagaimana tulisan yang menarik itu? Nanti akan kita kupas.
Salah satu tulisan yang tidak menarik adalah tulisan yang banyak istilah asing (tidak familiar). Apakah tulisanmu akan dibaca bila bahasanya ngejelimet? Tentu tidak (iklan banget, ya). Padahal yang akan mengenalmu adalah pembaca. Bukankah mereka yang akan mempopulerkanmu? Jika tulisanmu tak ada yang baca—karena susah dicerna—, maka siapa yang akan mempopulerkanmu? Tidak ada bukan?
Begitu juga nasibmu jika kamu ingin mencari uang dengan tulisan. Jika karyamu buruk, maka tak ada media yang akan memuat. Jika tak ada yang memuat.... kamu tahu jawabannya. Ya, kan?
Lalu untuk menyebarkan gagasan pada orang lain jika tulisanmu tak menarik, saya rasa kamu juga bisa menebak apa yang akan saya katakan. Betul. Juga tidak akan berhasil.
Pertanyaan kedua: untuk siapa kamu menulis? Untuk diri sendiri? Atau orang lain? Jika untuk sendiri, mungkin tak usah dibatasi harus bagaimana karena penulis kan paham apa yang ditulisnya. Jika tidak paham, hmmm.... mungkin kamu nulis sambil tidur kali, ya.
Kalau untuk orang lain, maka kita harus memperhatikan mereka. Memberi simpati pada mereka. Jangan menyiksa mereka dengan tulisan yang kita buat. Buatlah pembaca senyaman mungkin saat mereka membaca karya kita. Jangan masukkan kata-kata atau istilah-istilah yang hanya dapat dimengerti sebagian kecil orang. Ini hanya akan membuat pembaca meninggalkan langsung tulisanmu.
Jika harus disimpulkan, kunci keberhasilan sebuah tulisan adalah pembaca. Di tangan mereka lah sebuah tulisan akan mendapat tempat di perpustakaan pribadi atau keranjang sampah! Itu kuncinya. Ingat, ya.
Lalu bagaimana agar bisa membuat tulisan yang diminati pembaca? Jawabannya: tergantung. Tergantung pembaca mana yang akan kamu bidik dengan tulisanmu. Jika tulisanmu anak-anak, maka tulisan yang dibuat mesti memperhatikan tema-tema seputar anak-anak. Bisa tentang persahabatan, menepati janji, empati dst. Yang tidak boleh dikesampingkan selain tema, juga bahasa. Pergunakan bahasa sederhana saja. Anak-anak belum memiliki kosa kata yang melimpah ruah. Mereka hanya mengerti dengan bahasa sehari-hari. Mereka tidak akan paham apa itu ekosistem, simbiosismutualisme dst. bahkan mungkin kita juga. Maka, pakailah bahasa sehari-hari.
Sama juga jika mau menulis untuk remaja. Lalu bagaimana kalau menulis untuk media massa yang dibaca umum? Kita juga mesti melakukan hal yang sama. Artinya, memilih-milih tema tentang masalah orang kebanyakan dan menggunakan bahasa yang mudah dicerna. Mungkin bahasa kerennya easy reading.
Kenapa mesti bahasa sederhana yang mesti digunakan? Begini, ya. Tidak semua pembaca memiliki pengetahuan yang mendalam tentang sesuatu. Tukang becak, tentu tak tahu teori relativitas atau istilah H2O. Bahkan dokter juga akan mengerutkan dahi jika disodorkan kitab kuning dan menyuruhnya membaca. Itu artinya, kita memiliki pengetahuan yang berbeda-beda. Pemahaman kita hanya mendalam dalam satu hal sedang yang lain tidak.
Terus, bagaimana mensiasati keberagaman pengetahuan ini agar tulisan kita bisa dinikmati banyak orang dengan berbagai profesi dan nasib? Jawabannya, “...pakai bahasa sehari-hari,” begitu kata Farid Gaban, esais dan mantan wartawan Tempo.
Kita boleh mengerti tentang fisika, tapi jika akan mengkomunikasikannya dengan orang lain yang tidak tahu fisika, jangan memakai kata-kata atau istilah-istilah fisika yang rumit itu. Sederhanakan saja. Cari istilah lain. Dengan begitu, semua orang akan tertarik dengan apa yang akan kita tulis. Jika sudah banyak yang suka tulisan kita, bukan cuma akan populer, banyak uang, tapi juga diminta media untuk menulis.
Namun bukan berarti memasukkan istilah asing tentang suatu ilmu ke dalam tulisan. Kita boleh saja memasukannya tapi kita jelaskan dengan bahasa sederhana. Dan kalaupun masih tetap mau memasukkannya tanpa penjelasan, ini bisa tapi khusus untuk dimuat di jurnal bukan untuk media massa yang dibaca banyak kalangan.
Menulis populer bukan menulis dengan menyertakan banyak istilah-istilah asing atau jargon-jargon yang memusingkan. Menulis populer adalah menulis hal-hal besar atau sederhana dengan bahasa kebanyakan orang sehingga mudah dipahami banyak pembaca.
Serang, 19 Agustus 2008


RSS Feed (xml)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar