Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Jumat, 01 Mei 2009

Tiga Kejutan Pemilu 2009

Dalam Pemilihan Umum April 2009 lalu, ada banyak sekali kejutan. Tidak hanya mengejutkan kita sebagai rakyat, tapi juga mereka yang mencalonkan diri menjadi legislator. Ada tiga kejutan yang ingin saya ungkapkan dalam tulisan ini dari sekian banyak kejutan yang mengiringi pesta demokrasi kita itu.

Tiga Kejutan
Kejutan pertama datang dari Mahkamah Konstitusi. Para caleg dikejutkan dengan putusan Mahkamah Konstitusi yang menegaskan cara penetapan calon terpilih mesti mengacu pada prinsip suara terbanyak bukan nomor urut. Kejutan yang tak terduga sama sekali. Ada caleg yang senang—terutama yang berada pada nomor urut sepatu—namun ada juga yang geram karena sudah dengan susah payah duduk di nomor urut paling kecil. Bukan apa-apa, karena untuk mendapatkan nomor urut paling kecil membutuhkan perjuangan bahkan biaya yang tidak sedikit.
Kejutan kedua datang dari Komisi Pemilihan Umum. KPU menetapkan bahwa cara memilih pada Pemilu 2009 mesti dicontreng bukan dicoblos. Giliran rakyat yang susah. Terutama yang buta huruf, yang sudah tua, dan tidak terbiasa memegang pulpen saat memberikan suara.
Kejutan ketiga datang dari Rumah Sakit Jiwa. Kita dikagetkan dengan berita yang tak menggembirakan. Kita terkejut karena satu persatu muncul berita tentang beberapa calon legislator yang gagal terpilih dinyatakan terkena gangguan jiwa. Bahkan mereka sedang dirawat di rumah sakit jiwa!
Lihatlah berita di bawah ini.
Balai Kesehatan Jiwa Masyarakat (BKJM) Kalawa Atei Palangkaraya merawat lima pasien gangguan jiwa pascapemilu 9 April, dua di antaranya merupakan calon anggota legislatif (caleg) dan tiga lainnya simpatisan partai politik (parpol).
Begitu diberitakan oleh Kompas.com pada Selasa, 14 April 2009 pukul14:35 WIB.
Awalnya, saya hanya mengira bahwa apa yang dilakukan oleh beberapa Rumah Sakit Jiwa termasuk juga Depatemen Kesehatan yang menghimbau agar seluruh Rumah Sakit Jiwa di seluruh Indonesia siaga satu pascapemilu 9 April adalah hanya sikap berlebihan saja. Lebay, kata anak gaul kita hari ini. Tapi apa yang saya perkirakan ternyata meleset setelah membaca berita di Kompas.com di atas. Ditambah dengan berita-berita yang ditayangkan televisi tentang berbagai ironi yang menimpa para caleg yang tak terpilih.
Selain ada caleg dan simpatisan yang terkena gangguan jiwa, bahkan ada caleg yang menjadi peminta-minta. Lalu ada juga yang bunuh diri padahal dalam keadaan hamil. Beban yang dipikul para caleg yang kalah itu seakan melebihi beratnya beban gunung mana pun. Dan mereka tak dapat menanggung beban yang terlalu berat itu.
Apa yang menimpa para caleg itu adalah pukulan telak. Bagaimana mereka akan tahan jika sebelum mencalonkan diri memiliki uang berpuluh-puluh bahkan beratus-ratus juta tapi hanya dalam hitungan bulan, mereka kehilangan harta itu. Lalu yang tersisa hanya spanduk, stiker, bendera, kaos, dan atribut lainnya bertuliskan namanya. Atau berfotokan wajahnya.
Yang juga tersisa adalah kenyataan pahit bahwa mereka kalah dalam pertempuran merebutkan kursi. Malu karena tidak bisa menyingkirkan saingan padahal sebelumnya begitu optimis akan menang kepada para simpatisan yang mendukung. Karena tak tahan menahan malu dan terpukul akibat kekalahan inilah para caleg berpikir pendek dan stres.

Jalur Pengabdian
Jalur politik sesungguhnya adalah jalur pengabdian kepada masyarakat. Jalur ini menjadi sangat ampuh dalam mengabdikan diri karena berkaitan dengan kekuasaan dalam mengatur. Dan jalan ini juga yang diambil oleh para pejuang pendahulu kita untuk membela rakyat yang tersiksa oleh cengkraman penjajah. Di jalur ini mereka berjuang memperjuangkan dan merealisasikan mimpi memerdekakan bangsa Indonesia. Maka, saat mereka diturunkan dari jabatan atau kehilangan jabatan—bahkan ada yang sambil diperjara—mereka tidak setres lalu membutuhkan perawatan di Rumah Sakit Jiwa. Jiwa mereka tak terguncang karena itu sebab mereka menjalani jalur pengabdian itu dengan ikhlas. Tanpa pamrih.
Rasanya cukuplah kejutan-kejutan yang tak menggembirakan ini hanya terjadi pada Pemilu April 2009 lalu. Jangan ada lagi kejutan pada pemilihan calon Presiden nanti. Atau kejutan di media massa karena caleg yang kita pilih kemarin tertangkap Komisi Pemberantasan Korupsi.

Tidak ada komentar: