Eit nanti dulu!
Tak usah buru-buru menjawab.
Coba
ingat-ingat apakah ketika kita melihat surat kabar atau majalah yang
membuat kita ingin membaca berita yang ada di surat kabar dan majalah
itu karena teks beritanya atau karena fotonya? Apakah karena judul
berita yang membuat kita tertarik untuk melanjutkan membaca atau
karena kita melihat foto indah atau mencengangkan dan setelah itu
memutuskan membaca teksnya secara penuh?
Pengalaman saya
sendiri ketika melihat surat kabar maka kedua kemungkinan itu bisa
terjadi. Saya pernah tertarik membaca berita atau artikel karena
judulnya membuat penasaran. Tapi saya juga sering ingin membaca lebih
jauh sebuah berita (minimal keterangan foto) bila melihat ada foto
yang membuat saya kaget (bisa karena kaget, aneh, indah, dan
seterusnya).
Maka, secara
pribadi saya agak berat menerima “fatwa” Arbain di atas. Tapi
mungkin yang dimaksud Arbain sesungguhnya adalah bahwa sebuah surat
kabar masih bisa menerbitkan koran meski isinya hanya teks berita
tanpa foto. Namun sebuah surat kabar koran atau majalah tidak bisa
menerbitkan koran bila hanya berisi foto tanpa teks berita. Bila
dilihat dari sudut ini, maka foto sesungguhnya memang sekadar
pelengkap berita.
Era ponsel
Perkembangan
teknologi komunikasi membuat ponsel (handphone)
tidak hanya berfungsi sebagai alat komunikasi—dalam arti untuk
berbicara dan menulis pesan. Kamera pun kemudian “ditanam” di
dalam ponsel sehingga menjadi fasilitas tambahan ponsel.
Seiring
berjalannya waktu kualitas kamera ponsel semakin baik dan tak kalah
bagus dengan foto hasil jepretan kamera DSLR. Adagium “man
behind the gun”
berlaku di sini. Wartawan saat ini pun tak perlu repot-repot membawa
kamera saku (kalau masih ada) atau DSLR yang beratnya bikin dada
tegak. Cukup dengan kameran ponsel wartawan atau fotografer sudah
bisa membuat foto yang menarik dan layak cetak/ muat.
Tak
terbantahkan bahwa sedikit banyak ponsel telah menggeser kamera
konvensional. Kualitas foto yang dihasilkan kamera ponsel sama
baiknya dengan beberapa kamera DSLR. Ke depan mungkin saja kamera
ponsel bisa sebaik foto-foto yang dihasilkan kamera DSLR mahal.
Bahkan Jason van Genderen sang pendobrak dunia perfilman
(filmbreaker)
bilang, “Masa kini ke depan adalah masa ponsel, tidak
terbantahkan,” kata Jason sebagaimana dikutip KOMPAS. Jason percaya
masa depan ada di ponsel. Jason sendiri pernah membuat film dengan
hanya menggunakan ponsel dan karyanya banyak mendapatkan penghargaan
internasional.
Karena itu tak
perlulah tidak percaya diri hanya karena membuat foto dengan
menggunakan kamera ponsel. Sebab meski hanya menggunakan kamera
ponsel bila teknik pengambilan gambarnya bagus, maka hasilnya juga
akan bagus.
Belajar dari
McCurry
Dalam dunia
fotografi ada satu istilah yang pasti akan sering terdengar atau
diucapkan: komposisi. Salah satu arti komposisi sebagaimana tercantum
pada KBBI V adalah “integrasi warna, garis, dan bidang untuk
mencapai kesatuan yang harmonis”. Maka, harmonis bisa disebut
dengan perpaduan aneka elemen dalam sebuah foto sehingga
menghasilkan foto yang enak dipandang mata.
Fotografer
legendaris Steve McCurry (sebagaimana ditulis belfot.com) membagikan
tips bagaimana membuat komposisi foto agar foto terlihat lebih bagus.
Tips ini bisa diterapkan saat memotret dengan menggunakan kamera
ponsel.
Sebenarnya
banyak tip yang dia bagikan. Namun dalam pertemuan kali ini saya
hanya akan menyampaikan lima tip bagaimana membuat koposisi foto agar
lebih enak dilihat.
Pertama, rule
of thirds (pertiga
bagian). Caranya tempatkan bagian yang paling menarik dari sebuah
objek yang ingin difoto dalam foto (point
of interest) di
pertemuan garis-garis yang membagi foto menjadi tiga bagian. Teori
rule of thirds
mengatakan foto yang bagian paling menariknya diletakkan di salah
satu bagian rule of
thirds maka foto
tersebut akan terlihat bagus secara keseluruhan.
Kedua, framing
(pembingkaian). Permanislah foto dengan menggunakan bingkai (frame).
Bingkai bisa dengan menggunakan benda-benda yang memang disengaja
disiapkan untuk dijadikan bingkai namun ada juga yang menggunakan
frame
alami yang ditemui di lokasi saat memotret. Frame-frame
alami itu misalkan jendela, pintu, ranting, pepohonan, lubang di
dinding, pelampung, ban, atau elemen lain untuk memberi frame alami
pada objek foto.
Ketiga, penuhi
bingkai (frame).
Arinya penuhilah foto dengan objek foto yang ditangkap secara penuh.
Biasanya untuk mengabadikan ekspresi wajah dari yang difoto. Bila
sebelumnya pada langkah nomor dua di atas kita berusaha menggunakan
apa yang ada di sekitar untuk dijadikan sebagau frame,
maka kali ini jangan gunakan frame
sama sekali. Ini adalah cara menonjolkan objek foto atau
mengeksplorasi ekspresi wajah. Mendekatlah pada objek foto penuhi
frame
dengan ojek tersebut. Sebab sebuah foto bisa saja buruk karena
terlalu jauh.
Keempat, corak
dan pola (pattern).
Pola biasanya berkaitan dengan pengulangan bentuk, garis, warna, dan
sebagainya. Memotret pola dan corak yang berulang selalu terlihat
indah di mata. Misalnya deretan rumah, tentara yang berbaris, bahkan
dedaunan. Namun, yang paling indah adalah saat bisa menemukan pola
dan corak yang diinterupsi.
Kelima, gunakan
garis. Gunakan elemen-elemen alami sebagai garis penuntun untuk
mengarahkan mata pemirsa foto. Laut di cakrawala adalah garis. Lekuk
gunung adalah garis. Rel kereta, marka jalan, benda yang
bersusun-susun, dan sebagainya.
Keterangan
foto
Yang terakhir
namun juga penting adalah membuat keterangan foto (caption).
Bagi yang tidak terbiasa membuat keterangan foto mungkin kegiatan ini
akan sedikit menyulitkan. Namun ada prinsip yang bisa menuntun agar
membuat keterangan foto bisa menjadi lebih mudah. Gunakan rumus
5W+1H sebagaimana rumus membuat berita dan keterangan foto akan mudah
dilakukan. Foto harus menjelaskan peristiwa di dalam foto itu apa, di
mana terjadinya, kapan kejadiannya, siapa yang terlibat (bukan hanya
dalam artian negatif), kenapa peristiwa itu terjadi dan bagaimana
terjadinya. (*)
Kota Serang,
2/3/2019
1
Disampaikan dalam Kelas Fotografi yang digelar Forum Lingkar Pena
(FLP) Wilayah Provinsi Banten pada 3 Maret 2019 di Pesantren Tahfidz
Salsabila di Kampung Jagarayu Pabuaran, Kelurahan Dalung, Kecamatan
Cipocok Jaya, Kota Serang, Banten.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar