Entah harus kunamakan apa tulisan ini. Yang pasti, meskipun dalam keadaan senyum terkulum, ada beban atau rasa bersalah saat mendengar teman-teman tertawa membaca profil Sigma di buletin edisi khusus Opak.
Harus kuakui, ini juga merupakan semacam pengakuan dosaku (yang aku sendiri sebenarnya tak sampai menyadari akan efek yang ditimbulkan ulahku). Maafkan aku ya, Lik. Juga teman-teman yang sempat membaca tulisan ini jika tak suka dengan profil kru di bulletin Sikap.
Awalnya, profil itu ditulis Joe dan Adel. Mereka sebenarnya ‘iseng’ juga nyelipin kegilaan2 di profil. Namun emang harus diakui keisengannya nggak separah yang aku selipin trutama profil buat Malik. Aku sendiri heran kenapa ada kepuasan saat dapat meledek kalian di profil itu. Penyakitkah ini? Atau hanya pelampiasan dari seorang yang merasa ditinggalkan dan harus menyelesaikan pengerjaan empat buletin tiap hari berturut-turut? Walaupun sebenarnya alian tidak benar2 meninggalkanku. Aku hanya merasa. Sakali lagi, merasa ditinggalkan.
Malam itu, Adel menyuruhku mengerjakan profil temen2 kru padahal aku sudah menyerahkan semua urusan profil ke Adel sepenuhnya. Saat otakku dipusingkan dengan ketiadaan berita yang ditugaskan ke kru buat diselipin di edisi profil itu. Saat denger Adel nyerahin urusan iseng2 itu, kejailanku bersinar-sinar. Otakku berputar dengan cepat kalau sudah menyangkut ledek-meledek. Akhirnya, kesempatan itu aku buat ngelampiasin pusingku memikirkan buletin. Jenuh juga akalku harus terus-terusan serius memikirkan buletin setiap hari bahkan setiap saat di saat orang lain yang sebernarnya dapat membantu hanya diam bahkan acuh. Ah, tak perlu kukatakan siapa. Kalian saja lah yang merasa lalu mengaku.
Bayangkan! Aku harus kurang tidur, mandi bahkan makan untuk membuat buletin terbit tiap hari. Biasanya aku tak secapek dan seberat ini saat ada Gugun. Kalau ada dia, aku cukup menulis. Selanjutnya, ia yang me-layout. Paling2 dia hanya bertanaya tentang gambar untuk cover. Dan saat tak ada dia? Aku harus mengedit banyak tulisan itu, memikirkannya kalau tidak ada tulisan. Memutar otak mencari siasat agar seluruh space dapat penuh dengan tulisan. Bahkan aku juga mesti turun tangan meliput isu untuk berita di buletin. Setelah itu, aku memasukkannya kedalam layout. Mending kalau ada foto yang cocok, kalau tidak ada? Ke warnet? Aku tak punya duit saat ini, Kawan. Setiap hari aku makan dari teman2. dari Adel, Malik, Joe, Imonk, bahkan Sufairo, Nurul, Euis dst. Ah, sudahlah. Mengenang semua ini hanya membuatku gondok.
Kalau sudah setres dahulu begitu bagaimana mau memikirkan kualitas berita! Ada berita saja sudah syukur karena biasanya ada aja space yang kosong.
Aku sadar kalau sepenuhnya membuat buletin ini memang tugasku sebagai pemimpin redaksi. Tapi, kan nggak harus ngeliput juga, ngelayout juga, bagi-bagiin buletin juga dst. Aku juga tidak terlalu menyalahkan teman-teman yang sibuk jadi panitia Opak. Yaaaa… mungkin ini memang salahku yang tak bisa mengatur kru. Tapi perasaan aku sudah memposkan anak2 untuk standby di tempat Opak biar ngeliput meskipun kadang mereka selalu memberikan alasan yanng membuatku semakin pusing. Kok jadi ngelantur keman2 gini.
Intinya, aku mohon maaf kepada semua teman2 juga kepada mereka yang menginginkan Sigma selalu menelurkan karya serius, bermutu, kritis, berbobot atau entah yang bagus2 apalagi kalau karya kemarin menoreh sejarah buruk dalam pembuatan buletin selama beberapa bulan terakhir. Aku tak biasa dengan hal-hal serius begitu meskipun (kalau hanya untuk liputan seh) bisa. Bisa banget. Bukan nyombong. Aku seh lebih suka dengan hal-hal yang santai dan memacu kreativitas. Yaaaa sesekali becanda, gila-gilaan. Jangan terlalu serius boleh, kan?
Aku senang buletin terbit tiap hari selama Opak. Bebanku sudah meringan meskipun ada kewajiban lainnya (membuat LPJ). Ingin aku berteriak keras melepaskan kesal. Melepaskan suara merdekaku. Ya, aku baru merdeka saat menulis tulisan ini. MERDEKA! Betapa lega arti kemerdekaan, ya.
Terakhir, aku sarankan kepada teman2 yang ingin karya Sigma lebih baik. Kalau kalian mengetahui apa yang baik buat karya Sigma, jangan cuma disimpan. Ungkapkan. Katakana kepada yang mengurus. Misalnya, punya isu tentang apa gitu yang menarik. Kasih tau redaksi. Jangan setelah berita terbit baru bilang, “Coba kamu ngeliput isu ini pasti bagus.” Kemaren2 kemana aja, Pak? Kalau ada orang kayak gini, mendingan ditonjok aja. Ngeselin doang. Jangan kayak polisi yang membiarkan warganya melanggar lalu lintas trus dia tangkep dong. Bagusnya, sebelum warga itu melanggar, peringati dulu. Kasih tau yang baik tu kayak gimana. Baru seteah dia nggak denger, ditindak.
Kalau orang yang kamu kasih tau ide bagus nggak menjalankan, berbaik sangka aja. Sapa tau dia ngak ngerti mekanismenya. Atau agak telmi. Maka, terangin lagi aja sekali lagi. Kasih tau keuntungan apa yang akan didapat jika ia menjalankan ide kita. Karena kadang kita akan lebih termotivasi jika ada manfaat buat diri pribadi jika menjalankan itu.
Ya, sudahlah. Begini saja. Sekali lagi aku minta maaf karena sudah keterlaluan kepada kalian. Ya?
Piss. Piss ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar