foto:www.opinimasyarakat.com
Pernahkah mengetahui kapan untuk pertama kalinya memiliki rasa cinta? Atau naksir seseorang? Dan masih ingatkah di mana serta kapan itu terjadi? Lalu apa yang menyebabkan itu terjadi?
Saya selalu merasa gembira saat dapat mengingat kembali kenangan. Padahal kejadian itu sudah lama berlalu. Bertahun-tahun. Satu hal yang selalu saya rasakan saat berhasil mengingat kembali memori lama itu: bahagia. Maka, saya juga amat berbahagia saat ingat kembali pertama kali tersengat listrik
Saya masih ingat kapan untuk pertama kalinya kesetrum. Saat itu, saya masih duduk di Sekolah Dasar. Sekitar kelas tiga atau empat. Saya dan teman-teman selesai buang air di kebun pada jam istirahat. Maklum, di sekolah kami tak ada WC. Toilet yang dibangun sudah rusak. Bahkan toilet untuk guru. Karena tak ada air untuk bersih-bersih “perkakas”, kami menuju masjid baru dekat sekolah. Rencananya, kami akan nebeng bersih-bersih di sana.
Kami langsung menuju tempat buang air kecil dekat tempat wudu. Keran saya putar agar air yang tertahan keluar. Kosong. Tidak ada air. Padahal perkakas harus segera dibersihkan. Bukan hanya karena tidak nyaman membiarkannya terlantar setelah dipakai, tapi kami juga masih ada pelajaran setelah istirahat.
“Ooo... mungkin karena airnya tidak dinyalakan,” ujar seorang teman.
Hmmm....tidak salah lagi. Maka, kami mengadakan musyawarah siapa yang akan menyalakan listrik pembangkit air. Kesepakatan itu tak membutuhkan waktu lama seperti rapat kabinet atau pleno. Segera saja kami tunjuk salah satu teman sebagai perwakilan. Karena didasari dari hasil musyawarah bersama, ia mesti setuju.
Sang utusan, dengan senang hati langsung bergerak mengambil kabel yang akan dicolokkan. Tapi tidak berhasil. Lubang untuk kabel itu lebih tinggi dari pada tinggi teman kami. Meski berjingkat, tetap tak sampai.
Misi pertama gagal!
“Sunggingan,” saran seorang lain. Sunggingan adalah sebuah formasi saling bahu membahu dalam sebuah posisi. Satu orang berada di bawah, satunya lagi di atasnya. Atau biasa dikenal dengan gendongan. Tapi sunggingan selalu bermakna gendongan di atas bahu. Bukan di depan dada.
Pada posisi bawah, teman yang kami tunjuk untuk misi pertama tadi. Dan di possi atas, saya.
Usaha kembali dicoba. Kabel kembali saya masukkan ke tempatnya. Saat kabel yang saya pegang masuk ke lubang yang semestinya, pada saat yang sama, terasa ada sebuah tenaga yang mengalir ke seluruh tubuh dengan cepat. Saya tak tahu tenaga itu bernama apa. Yang pasti, saat itu saya merasa kaget dengan sengatan mendadak itu. Begitu juga dengan teman yang me-nyungging di bawah.
Sejak saat itu, saya baru tahu ada kata kesetrum dalam bahasa Indonesia.
Ooo....
Serang, 5 September 2008
Senin, 15 September 2008
Pernahkah?
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar