“Mereka yang suka demo di jalan-jalan.” Mungkin begitu yang akan keluar dari mulut tetanggaku jika ia diajukan dengan sebuah pertanyaan seperti di atas. Lebih juah, ia akan menggambarkan apa saja yang terjadi saat demonstrasi. Ia hafal betul rupanya. Ada yang membawa spanduk, bendera, katon-karton bertuliskan protes bahkan membakar ban bekas dan foto presiden.
Itukah wajah mahasiswa saat ini? Mungkin, ya. Tapi saya tidak setuju dengan anggapan itu. Memang, sesekali mahasiswa yang idealis sekalipun, memerlukan turun ke jalan. Seperti Soe Hok Gie, misalnya. Tapi tentu saja setelah semua cara sudah ditempuh dan tidak membuahkan hasil. Bukan sedikit2 turun ke jalan.
Karena niat demonstrasi terkadang lain dari semestinya. Ada memang yang karena membela kebernaran tapi juga ada yang hanya ingin masuk koran dan televisi. Dan yang lebih parah lagi, karena uang.
Dorongan berdemonstrasi memang harus diakui sangat kuat bagi mahasiswa apalagi yang masih baru,. Yang masih menganggap bahwa demonstrasi adalah kemestian bagi mahasiswa. Bahkan saat untuk pertama kali saya mengikuti demonstrasi, saya merasa sangat bersemangat. Teriakan orator membakar emosi. Kami seolah sedang meneriakkan suara rakyat. Membela kebenaran. Saya sudah layaknya seperti super hero saja.
Saya tidak mau dianggap tukang demo. Saya tidak rela. Saya akan tunjukkan bahwa mahasiswa bukan hanya bisa bermain kasar (turun ke jalan) tapi juga bisa dengan cara halus dan lebih intelek. Saya akan suarakan dengan menuliskannya di media massa lokal dan nasional seperti yang dilakukan , Soekarno, Hatta, Soe Hok Gie dst.


RSS Feed (xml)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar