Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Selasa, 11 November 2008

Sumpah Pemuda

Sampai kapan pun, Sumpah Pemuda adalah sebuah peristiwa yang tak bisa dipisahkan dari bangsa Indonesia. Karena cikal bakal persatuan bangsa ini—yang kemudian membuat kita merdeka—dimulai dari sana.
Sumpah Pemuda terjadi saat Kongres Pemuda kedua yang diadakan para pemuda pergerakan saat itu pada Oktober 1928 di Jakarta. Saat itu para pemuda berkumpul dari berbagai daerah. Para pemuda itu merasa satu nasib karena terjajah oleh Belanda. Tapi mereka sadar mereka berada pada suatu daerah yang satu. Mereka sadar bertanah air satu dan berbangsa satu. Lalu mereka memikirkan dan merumuskan cara agar persatuan antar mereka yang berasal dari berbagai daerah yang beraneka ragam itu bisa merekat. Maka, dipilihlah bahasa sebagai pemersatu. Dan bahasa yang dipilih adalah bahasa indonesia, yang saat itu lebih dikenal dengan Bahasa Melayu pasar. Kenapa harus bahasa indonesia yang dipilih?

Bukan tanpa alasan pemilihan ini walaupun saat itu bahasa Indonesia bukan bahasa yang terbesar jumlah penuturnya.
Menurut Ajip Rosidi dalam Bahasa Indonesia Bahasa Kita, selain karena bahasa indonesia saat itu adalah bahasa pergaulan yang dipakai di berbagai daerah, pemilihan bahsa Indonesia sebagai pemersatu adalah karena bahasa Indonesia adalah bahsa yang tidak mengenal undak-usuk (strata bahasa) yang kental dengan nuansa feodal seperti bahasa Jawa, Sunda, Bali dll. Dan inilah yang membuat bahasa Indonesia sangat cocok sebagai bahasa persatuan bangsa yang memiliki bentuk republik di mana demokrasi dijujung tinggi.
Saya tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya kalau bangsa yang memiliki ratusan bahsa ini tidak memiliki bahasa persatuan. Mungkin akan terjadi banyak kekacauan tiap kali berinteraksi dengan mereka yang berlainan daerah, Sunda dan Padang, misalnya. Atau paling tidak akan susah dalam melakukan interaksi antar daerah.
Dalan sebuah esainya, Adkhilni menerangkan bahwa pemuda mesti memiliki keterampilan berbahasa seperti yang dimiliki oleh founding father. Keterampilan itu—dalam dunia pendidikan dijelaskan—adalah mendengar/ menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Pemuda yang akan membawa Indonesia harus bisa orasi/ diplomasi seperti Bung Karno, hobi membaca seperti Hatta dll., dan menulis seperti tokoh-tokoh pergerakan kemerdekaan.
Serang, Oktober 2008

Tidak ada komentar: