Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Senin, 02 November 2009

Waspada Menekan Aksi Teroris

Aksi-aksi teroris walau bagaimana pun tidak akan pernah dibenarkan di mana pun dan kapan pun. Akal sehat tidak akan menerima aksi terorisme sebagai pembenaran. Hati kita juga akan menolak teroris sebagai hal yang mulia. Apalagi agama yang memiliki petunjuk dari Yang Maha Kasih. Saya kira, agama mana pun akan berkata demikian, mulai dari agama terbesar yang dianut oleh masyarakat Indonesia (bahkan dunia) atau agama yang minoritas pemeluk.
Terorisme adalah hal yang tidak akan diterima sebagai kebenaran karena bertentangan dengan nilai universalitas yang dimiliki manusia sejak lahir.
Namun (menurut beberapa pakar) kenyataan menunjukkan bahwa agama memiliki andil tidak sedikit dalam menanamkan ajaran teroris dalam kepala para pelaku teroris. Apakah benar demikian? Apakah agama (terutama Islam) memang membenarkan hal seperti itu?
Saya berani mengatakan tidak. Agama Islam tidak mengajarkan yang demikian. Yang ditekankan dalam agama (Islam) adalah tujuan akhir yang mesti dicapai oleh manusia sebagai rahmat bagi seluruh alam (rahmatan lil ‘alamin). Apakah teror menjadi rahmat bagi manusia? Jelas tidak. Rahmat adalah kedamaian, keamanan, persaudaraan. Sedang teror justru sebaliknya.
Islam memang menganjurkan perang namun juga memiliki syarat-syarat kapan perang itu dibenarkan dalam Islam. Islam membolehkan angkat senjata hanya dalam waktu-waktu “tertentu” misalnya saat ada yang memerangi. Tapi—dalam perang itu—juga Islam memiliki aturan yang mesi ditegakkan. Ada etika meski dalam perang. Seorang muslim tidak dibenarkan untuk membunuh orang-orang yang tidak berdosa seperti warga sipil, anak-anak, wanita. Juga tidak boleh menghancurkan bangunan dan menebangi pohon. Dengan kata lain, Islam menjunjung tinggi kemanusiaan dan alam meski dalam keadaan perang!
Jika Islam menjunjung tinggi kemanusiaan, mana mungkin ia juga mengajarkan agar melukai kemanusiaan itu dalam bentuk teror. Sesuatu yang kontradiktif.
Adanya aksi teroris yang mengatasnamakan Islam sebetulnya lahir karena teks-teks keagamaan dalam Islam diselewengkan oleh mereka yang memiliki keinginan dan ambisi yang “agak aneh”. Ada tiga kemungkinan bagaimana terjadi kesalahan dalam memahami teks-teks suci ini sehingga melahirkan teroris.
Pertama, kemungkinan salah dalam menafsirkan teks keagamaan (al-Quran). Sebagaimana diketahui, untuk bisa memahami teks-teks keagamaan, dibutuhkan beberapa ilmu wajib yang mesti dikuasai sebagai penunjang. Kekurangan dalam penguasaan ilmu-ilmu ini akan berpengaruh dalam memahami teks. Bahkan tak jarang pemahaman yang dimiliki agak melenceng dari yang diinginkan oleh agama tersebut.
Kedua, pelaku memang sengaja mengambil beberapa teks keagamaan yang mendukung untuk melakukan jihad untuk menanamkan “kebenaran” bahwa yang mereka lakukan adalah jihad yang mulia. Padahal sebenarnya ada ayat-ayat lain yang tidak membolehkan jihad karena alasan-alasan tertentu. Dan alasan-alasan ini yang sengaja tidak dikemukakan karena ingin menanamkan doktrin “kebenaran” tadi.
Ketiga, pengulangan doktrin yang dilakukan oleh mereka yang merekrut orang-orang yang bersedia mengorbankan jiwa untuk hal yang sebetulnya belum tentu benar. Apa pun, jika diulang terus menerus akan membuat frame berpikir membenarkan itu meski sebetulnya tidak benar. Sebagai contoh iklan sebuah produk di televisi.
Orang yang sering melihat iklan dalam televis akan tertanam dalam pikirannya bahwa apa yang dilihatnya adalah benar atau baik. Ia juga akan termotivasi menggunakan produk itu karena doktrin-doktrin yang diluncurkan oleh produk tersebut terus diulang.
Lalu apa yang bisa kita lakukan dalam menekan aksi terorisme?
Yang bisa kita lakukan adalah waspada terhadap segala kemungkinan buruk yang akan dilakukan para teroris itu. Kita tidak pernah tahu apa yang ada dalam pikiran para pembuat dan pelaku bom. Mereka bisa melakukan hal-hal yang tidak pernah kita duga dan bayangkan. Untuk itu waspada adalah cara bijak dalam menekan aksi-aksi terorisme yang memiliki seribu kemugkinan. Waspada terhadap orang asing, waspada pada hal-hal yang janggal, dan seterusnya.
Waspadalah dan jangan lengah.

Tidak ada komentar: